Senin, 26 Maret 2012

KARET KOMODITI ANDALAN KALBAR




Havela braziliensis atau yang lebih dikenal dengan nama tanaman KARET  saat ini merupakan Komoditas Perkebunan Unggulan KALBAR yang merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur di daerah tropis dengan curah hujan yang cukup. Menurut asal-usulnya, tanaman KARET berasal dari Brasil dan kemudian berkembang di seluruh dunia. Namun saat ini penghasil utama KARET berada di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Sejak zaman dahulu pembangunan perkebunan di Indonesia dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda, KARET telah dijadikan sebagai komoditas unggulan bersama tebu, kopi, teh, tembakau, kina, kapas dan rempah-rempahan. Demikian halnya setelah perkebunan-perkebunan Belanda yang ada dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia, KARET tetap menjadi salah satu komoditas primadona perkebunan.
Dilihat dari bentuknya Tanaman karet merupakan tanaman pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa bisa mencapai 15 - 25 m, batang tanaman pohon inilah yang mengeluarkan getah yang disebut latek karet.
Latek karet ini merupakan sumber bahan baku industry seperti otomotif, militer dan lainnya. Sumber bahan baku industry karet biasanya didapat dari perkebunan karet baik perkebunan nasional, suasta maupun perkebunan rakyat.
Di KALBAR perkebunan karet didominasi oleh perkebunan rakyat. Data Dinas perkebunan  Kalbar meyebutkan dari luasan 513.248 hektar perkebunan karet dikalbar 98 % nya merupakan tanaman perkebunan karet milik rakyat.
Saat ini banyak petani karet yang ingin meningkatkan kulitas dan kuantitas hasil perkebunan karet mereka, baik melalui perluasan lahan maupun melalui peremajaan perkebunan karet rakyat melalui bibit unggul
Menurut zuliansyah (40) petani karet local Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu raya ketika ditemui di kebun karet milik beliau “ Harga karet saat ini sanggat menjanjikan untuk satu hektar saja bisa menghasilkan 10 kg bagi karet local apa lagi karet unggul bisa 3 kali lipat pak apalagi harga eceran ditinggkat petani kepenampung sudah 15 ribu per kilo dari pada jadi kuli bangunan berkebun karet saja sudah cukup buat hari-hari”
Lain halnya dengan Ahau (40) ketika ditemui MR di penampungan karet aseng, penampung karet rakyat yang berkeliling dari satu kabupaten ke kabupaten lain untuk mendapatkan harga yang murah tidaklah mudah selain persaingan harga antar penampung harga karet juga dipengaruhi oleh perusahaan besar yang ada di Pontianak, situasi perekonomian global menjadi salah satu factor yang menjadi naik turunnya harga karet sehingga harga karet tidak stabil kalau tidak punya modal besar bisa-bisa penampung bakal bangkrut.
Ayen seorang manager penampung karet aseng yang merupakan perusahaan penampung karet terbesar yang cukup lama eksis di kecamatan sungai ambawang  kabupaten kubu raya ketika ditemui di kantornya mengatakan “saat ini harga karet turun naik ditingkat penampung tetapi memberikan efek positip bagi petani dibandingkan dahulu harga karet no 2 hanya Rp 2000 sekitar 10 tahun yang lalu sekarang sudah bisa mencapai 15.000per kg apalagi karet kering bisa 40.000/kg”
Hal ini membuktikan betapa besarnya peranan perkebunan karet rakyat bagi pembangunan roda perekonomian rakyat kalbar. Dari penelusuran Mimbar Rakyat 98 % Dari luasan perkebunan karet tersebut didominasi oleh perkebunan rakyat atau sekitar 259.028 jiwa petani yang berarti merupakan sumber kehidupan bagi satu juta jiwa atau 30% bagi penduduk Kalbar. Untuk itu diperlukan peran serta pemda provinsi kalbar untuk merespon peluang – peluang terutama di bidang perkebunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.